Diberdayakan oleh Blogger.
About
Entri Populer
Categories
- Event (3)
- Genoven (3)
- informasi indonesia (1)
- It's Mine (5)
- keywong (1)
- Liryc Lagu Nasional (7)
- Masa SMA (1)
- Pengalamanku (6)
- Physics (1)
- Pidato Sholat Dhuha (1)
- Science (2)
- Speech (1)
- Spensa (6)
- Story (3)
- Tahukah kamu? (1)
- Taxon (6)
- TIK (1)
- Tips-Tips (2)
- West Life (8)
- Whatever (1)
About Me
Followers
Archives
-
▼
2012
(26)
-
▼
November
(21)
- Satu Nusa
- Merah Putih
- Maju Tak Gentar
- Indonesia Raya
- Hari Merdeka
- Garuda Pancasila
- Padamu Negeri
- Introduce
- My School
- Measurement (vol 1)
- Taxon Jeruk Nipis
- Hardware
- Ketamakan An Li
- Whateverr...
- Waktu Kecil
- Taxon Anggur
- Taxon Kacang Tanah
- Taxon Buah Mangga
- TUGAS-BHS-INGGRIS 9 NOPEMBER 2012
- Taxon Buah Rambutan
- Taxon Buah Apel
-
▼
November
(21)
Ngobrol yuk.....!
Sleeping Cat
Today ^_^
Minggu, 11 November 2012
Ketamakan An Li
11/11/2012 09:05:00 PM
| | Edit Entri
Ketamakan An Li
Oleh Rikianarsyi A
Oleh Rikianarsyi A
Di sebuah kota, hiduplah seorang
saudagar kaya namun tamak yang bernama An Li. Suatu hari, saat An Li sedang
berjalan-jalan, ia mendengar percakapan dua penduduk desa.
“Menurut cerita, di dalam hutan itu, ada sebuah bukit
sakti. Bukit itu bisa melipat-gandakan kekayaan …”
An Li penasaran. Ia terus menguping
sampai akhirnya ia tahu di mana letak bukit yang dibicarakan kedua orang itu.
Tanpa membuang waktu, An Li segera pergi
ke bukit sakti itu. Ia pergi ke hutan yang terletak di tepi kota itu. Belum
lama ia masuk ke hutan itu, tiba-tiba muncullah seorang pertapa tua di hadapan
An Li.
“Pertapa tua, betulkah ada bukit sakti
di dalam hutan ini?” tanya An Li.
Pertapa itu langsung menjelaskan. “Bukit
itu akan segera kau temukan begitu aku pergi. Dakilah bukit itu. Di sana
terdapat empat tangkai mawar biru. Kau hanya boleh memetik satu tangkai.
Jangan berbalik ke mawar yang sudah kau
lewati! Ingatlah pesanku. Keserakahan akan menghancurkanmu. Menyesal tak ada
gunanya,” lanjutnya lalu menghilang.
Pada saat itu juga, muncul sebuah bukit
hijau di hadapan An Li. Saudagar itu agak takut. Namun, ia mengikuti petunjuk
pertapa tua tadi.
Setelah An Li mendaki, ia menemukan
setangkai mawar biru yang tumbuh di tanah. An Li segera mendekat. Saat jemari
An Li menyentuh helai mahkota mawar tersebut, muncullah peri kecil. Sambil
tersenyum sang Peri berkata lembut,”An Li, bila kau memetik mawar ini, maka
hartamu akan berlipat lima kali. Kau akan menjadi orang terkaya di kotamu.”
“Ah, tanpa memetik kau pun, aku sudah
menjadi orang terkaya di kotaku, “
An Li pun meninggalkan mawar pertama.
Beberapa saat kemudian, An Li menemukan
mawar kedua.
“Mawar kedua ini akan membuatmu menjadi
orang terkaya di seluruh negeri, An Li,” Ucap peri penjaga mawar itu.
“Huh, tanpa mawar ini pun sebentar lagi
aku pasti bisa melebihi kekayaan Kaisar Chen,” jawab An Li sombong lalu
melanjutkan perjalanannya.
Lalu sampailah An Li pada mawar ketiga.
Muncul peri yang berkata, “Petiklah mawar ketiga ini, An Li. Kau akan menjadi
orang terkaya di pulau.”
“Mawar pertama membuatku menjadi orang
terkaya di kota. Mawar kedua membuatku menjadi orang terkaya di negeri. Mawar ketiga ini
membuatku menjadi orang terkaya di pulau. Hahaha berarti mawar keempat akan
membuatku menjadi orang terkaya di dunia!” ucap An Li penuh ketamakan.
Ia lalu bertekad menemukan mawar
keempat. An Li berlari penuh semangat mencari mawar keempat.
Setelah mendaki cukup lama, barulah
mawar keempat terlihat. An Li segera mendekat. Dengan penuh ketamakan, tangan
An Li mencabut mawar itu hingga ke akar-akarnya.
Anehnya, pada saat tangannya menggenggam
mawar tersebut. Warna biru mawar itu langsung berubah menjadi hitam. Bersamaan
dengan itu, muncul peri penjaga mawar keempat. Wajahnya sangat mengerikan.
“Ingatlah An Li, ketamakan dan rasa
tidak puas hanya akan menghancurkanmu!
Dengan memetik mawar ini, terlihat
betapa tamaknya engkau! Tahukah kau apa yang akan mawar ini berikan untukmu
jika kau memetiknya?” tanya sang peri penuh kemarahan.
“Aku akan menjadi orang terkaya di dunia
kan?” tanya An Li gugup.
“Tidak akan! Mawar keempat yang telanjur
kau petik itu akan membuatmu menjadi orang paling miskin di dunia. Hartamu akan
habis! Terimalah akibat dari ketamakanmu, An Li!” seru sang Peri.
Ucapan tersebut seketika membuat An Li
berada di kotanya sendiri.
“Malangnya nasib Tuan An Li. Baru tadi
pagi kudengar empat kapal dagangnya tenggelam. Kini rumah dan hartanya terbakar
habis. Bahkan kereta kudanya juga dirampok tadi siang!” sayup-sayup An Li
mendengar persakapan sekelompok penduduk kota.
“Hei, lihat! Pengemis itu mirip sekali
dengan Tuan An Li!” seru seorang anak kecil kepada temannya, saat ia melihat An
Li.
An Li langsung melihat dirinya sendiri.
Benar saja. Baju yang kini ia pakai sudah compang-camping. An Li terjatuh
lemas. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya saat ini.
Andai saja mawar pertama, kedua, dan ketiga
membuatnya puas. Andai saja ia tidak mendengarkan percakapan tentang harta yang
bisa dilipatgandakan… Andai saja ia tak tamak.
Memang benar apa yang dikatakan sang
Pertapa Tua. Tak ada gunanya menyesal.
Semua ini terjadi karena ia tak pernah
puas dan bersyukur atas apa yang ia miliki.
_________________________________________________________________________
Alat peraga yang
sesuai cerita:
1.
4 tangkai bunga berwarna biru dan setangkai bunga berwarna hitam.
2.
Sebuah boneka peri kecil .
3.
Teman sebagai pemeran pembantu pertapa tua.
Nama : YUZZIA BIRTHDIE CHOIRIYATUL UMAMI
Kelas : 7B
No Absen : 32
Label:Story
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar